Kamis, 17 Juni 2010

BERITA WORLD CUP 2010


Pelatih Argentina, Diego Armando Maradona.
Kamis,31 Desember 2009 | 23:32 WIB
Maradona Membuat Sepak Bola Penuh Warna

DUNIA sepak bola semakin penuh warna ketika sosok bernama Diego Armando Maradona muncul. Selain aksi-aksi memukau yang mengundang decak kagum, pria kelahiran Lanus, Argentina, pada 30 Oktober 1960 ini juga melahirkan kontroversi yang kemudian menjadi "tren", yaitu gol Tangan Tuhan.

Ya, puncak prestasi Maradona selama menjalani karier sebagai pemain sepak bola adalah di Piala Dunia 1986, ketika membawa Albiceleste menjadi juara. Dia mengawalinya dengan aksi kontroversi dan spektakuler di perempat final, ketika mengalahkan Inggris 2-1, sebelum akhirnya menaklukkan Jerman Barat di final.

Saat mencetak gol pertama ke gawang Inggris, Maradona menggunakan tangannya. Meskipun tubuhnya pendek, dia berhasil memenangi duel dengan penjaga gawang "The Three Lions", Peter Shilton, karena tangannya lebih lihai dari Shilton. Saat duel di udara, tangan Maradona berhasil menyodok bola yang membuat si kulit bundar meluncur ke dalam gawang Inggris. Wasit yang tak melihat "drama" itu menunjuk titik di lapangan tengah, yang berarti gol tersebut sah.

Setelah mencetak gol kontroversial itu, Maradona membayarnya dengan sebuah gol yang sangat spektakuler sehingga FIFA menyatakan gol tersebut merupakan yang terbaik sepanjang masa. Dari lapangan tengah, pemain dengan tinggi 1,65 meter tersebut melewati lima pemain Inggris: Glenn Hoddle, Peter Reid, Kenny Sansom, Terry Butcher, Terry Fenwick, dan terakhir mengecoh Shilton, sebelum melesakkan bola ke dalam gawang.

Di semifinal, dia kembali menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang maestro lapangan hijau. Dari kakinya kembali lahir dua gol yang membuat Argentina menang 2-0 atas Belgia, untuk maju ke final dan bertemu Jerman Barat. Di sini, lagi-lagi Maradona memberikan kontribusi yang sangat besar karena assistnya kepada Jorge Burruchaga memastikan Argentina yang sempat tertinggal 0-2 menjadi juara dunia setelah menang 3-2.

Setelah itu, Argentina tak pernah juara lagi walaupun di Piala Dunia 1990 mereka kembali ke final untuk bertemu lagi dengan Jerman Barat. Kali ini Argentina kalah 0-1 lewat gol penalti Andreas Brehme. Meskipun demikian, Maradona telah menorehkan namanya sebagai pemain terbaik sepanjang sejarah sepak bola di muka bumi ini. Maradona yang juga terlibat narkoba, mengakhiri karier pada tahun 1997.

Pensiun dari lapangan hijau, Maradona tetap berkecimpung di dunia sepak bola yang telah membesarkan namanya. Dia beralih profesi menjadi pelatih. Maradona mengawali kariernya sebagai pelatih di klub Mandiyu of Corrientes pada tahun 1994, bersama dengan mantan gelandang Argentinos Juniors, Carlos Fren. Semusim kemudian, pria berusia 49 tahunj ini menangani Racing Club.

Tahun 2008, ketika pelatih timnas Argentina Alfio Basile meletakkan jabatan, nama Maradona masuk nominasi untuk menjadi pengganti. Meskipun pengalamannya masih minim dan prestasinya pun nyaris tak ada ketika menjadi pelatih klub, Maradona menyatakan kesiapannya untuk menakhodai "Albiceleste".

Ternyata, nama besar Maradona membuat dia terpilih menjadi pelatih kepala timnas Argentina, mengalahkan para kandidat lain seperti Diego Simeone, Carlos Bianchi, Miguel Angel Russo dan Sergio Batista. 29 Oktober 2008, Presiden AFA Julio Grondona mengonfirmasi bahwa mulai Desember 2008, Maradona akan secara resmi menjalankan tugasnya sebagai pelatih timnas.

Debutnya bersama "tim Tango" pada 19 November 2008 cukup bagus, karena ketika melawan Skotlandia dalam pertandingan persahabatan di Glasgow, mereka menang 1-0. Ini merupakan bagian dari persiapan Argentina menghadapi lanjutan kualifikasi Piala Dunia Afrika Selatan 2010 zona Amerika Selatan.

Namun prahara mulai menerpa Maradona tatkala Argentina mendapat malu di markas Bolivia dalam pertandingan kualifikasi yang berlangsung pada 1 April 2009. Waktu itu Argentina kalah 1-6, sehingga mengundang reaksi yang sangat keras dari publik negara tersebut karena mereka menilai, hasil tersebut merupakan yang terburuk sepanjang sejarah sepak bola Argentina.

Selanjutnya, perjalanan Argentina mulai tersendat. Bahkan, ketika babak kualifikasi menyisakan dua pertandingan lagi, Argentina masih berada di zona play-off karena menempati urutan lima. Ini yang membuat posisi Maradona semakin terdesak, apalagi media Argentina meragukan kemampuannya untuk membawa "Tim Biru Langit" menuju Afrika Selatan. Nada-nada sumbang yang menyuarakan agar Maradona mundur pun mulai terdengar.

Akan tetapi, bukan Maradona namanya jika dia menyerah ketika menghadapi situasi tersebut. Dengan keberanian yang tersisa, dia berhasil membawa Argentina keluar dari kondisi kritis karena dalam dua partai terakhir melawan Peru dan Uruguay, mereka berhasil meraih kemenangan. Dengan demikian, Argentina mendapat tiket langsung ke Afrika Selatan karena menempati peringkat empat klasemen akhir zona Amerika Selatan.

Setelah kualifikasi ini, Maradona kembali membuat kontroversi karena balik menyerang media Argentina. Menurutnya, kemenangan dan kelolosan Argentina dipersembahkan kepada semua masyarakat, kecuali media Argentina. Ini merupakan balasannya kepada media yang sering mengecam dan meragukan kemampuannya membawa Argentina ke Afrika Selatan.

Atas perbuatannya tersebut, Maradona diganjar skorsing selama dua bulan oleh FIFA karena dinilai berperilaku tidak pantas. Selain tidak boleh aktif di semua kegiatan sepak bola dalam lingkup FIFA selama masa skorsing itu--termasuk dilarang hadir pada acara pengundian grup pada 4 Desember 2009 lalu--, dia juga dikenai denda sebesar 14.750 poundsterling atau sekitar Rp 230 juta.

Di Afrika Selatan nanti, kemampuan Maradona kembali diuji. Racikan taktik dan strateginya ditunggu khalayak, agar dia bisa membawa Argentina yang tergabung di Grup B melewati adangan "si Elang" Nigeria, "Macan Asia " Korea Selatan dan "Negeri 1.000 Dewa" Yunani. (*)

Tidak ada komentar: